Memori Bumbu Sate Daging Sapi

8 April 2014

Ramadhan kali ini terasa sedikit berbeda dari Ramadhan sebelumnya. Salah satu perbedaan yang cukup besar adalah ini merupakan Ramadhan kedua tanpa status sebagai PNS sehingga pulang ke Makassar dan balik ke Jakarta tidak lagi berdasarkan jadwal cuti bersama.

Salah satu perbedaan utama lainnya adalah banyak memori masa lalu yang berseliweran dalam pikiran, termasuk mengenang masa-masa lalu saat masih menjalani kehidupan di Makassar dan belum bekerja.

Seperti yang pernah saya tuliskan pada laman Tentang Saya dan Tentang Saya bagian 2, kehidupan saya penuh warna-warni yang cukup akrobatik. Semua berjalan bagaikan bola dan aliran air yang sulit ditebak namun Alhamdulillah selalu ke arah yang lebih baik.

Salah satu nostalgia yang muncul adalah saat melihat penjual sate di pinggir jalan, seperti tulisan saya pada judul Kisah Dibalik Pisang Goreng Keju, maka sate ini juga memiliki kenangan tersendiri.

Saat saya sebelum bekerja dan kondisi ekonomi masih berada pada titik bawah, hidangan sate merupakan salah satu hidangan yang amat mewah dan sulit untuk dinikmati sehari-hari. Hal ini karena harganya yang cukup lumayan untuk kantong keluarga. Dalam setahun, bisa dihitung dengan jari jumlah pembelian sate yang dilakukan untuk dinikmati.

Baca Lanjutannya >>


Mengapa Saya Keluar dari PNS

1 Februari 2012

 Postingan saya di facebook kemarin sepertinya menjadi salah satu postingan paling populer sepanjang memiliki akun Facebook, padahal hanya memuat 2 baris kalimat dalam satu paragraf.

Postingan tersebut adalah “Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, hari ini resmi saya memasukkan Surat Pernyataan Pengunduran Diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Semoga keputusan ini adalah yang terbaik dan senantiasa diberi keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.”

Nah, singkat saja khan dan maknanya juga jelas dan tegas :D

Paragraf ini sampai mengundang 82 like dan 130 komentar. Ada yang menyampaikan ucapan selamat, ada yang mengucap syukur, ada yang mendoakan semoga lebih baik, tapi banyak juga yang mempertanyakan alasannya.

Malah ada yang menghubungi via inbox dan ada yang menelepon langsung karena tidak percaya terhadap berita tersebut. Diantara yang menelepon ada yang bilang saya jadi gila karena orang lain berlomba-lomba untuk masuk PNS dan saya sendiri malah keluar dari PNS :D

Pada tulisan ini saya akan menyampaikan alasan mengapa saya keluar dari PNS

Baca Lanjutannya >>


4 Tahun Blog Saya

2 Januari 2012

Alhamdulillah, blog saya pada hari ini tepat berusia 4 (empat) tahun. Total postingan hingga hari ini (belum termasuk postingan ini) mencapai 247 tulisan.

Blog ini juga dapat diakses dari 4 domain, yaitu khalidmustafa.info, khalidmustafa.net, khalidmustafa.com, dan domain gratisan yang merupakan awal mula blog ini yaitu khalidmustafa.wordpress.com

Total pengunjung untuk domain wordpress adalah 340.954 pengunjung dan untuk domain khalidmustafa.info sebanyak 1.008.386.

Baca Lanjutannya >>


Selamat Jalan Pak Franklin

17 Mei 2010

Siang ini, tepat pukul 12.30 WIB, melalui sms, saya menerima sebuah kabar duka yang sangat menyesakkan dada, yaitu berpulangnya Bapak Franklin JH. Nanuwasa.

Beliau adalah salah seorang yang menjadi sebab saat ini saya bisa berada di Jakarta, bisa bergabung pada dunia pendidikan, dan mencapai apa yang ada saat ini.

Saya masih ingat pertemuan pertama dengan beliau yang juga memancing hingga saya berkiprah di dunia pendidikan adalah diskusi di milis Dikmenjur pada tanggal 8 Agustus  tahun 2000. Waktu itu, beliau termasuk orang yang paling awal bergabung di milis dan menjadi salah satu corong informasi mengenai kondisi sekolah kejuruan untuk daerah Makassar. Saya masih bergabung sebagai anggota pasif di milis Dikmenjur dan hanya membaca diskusi yang tertuang di dalamnya.

Pada tanggal tersebut, saya terlibat diskusi yang cukup seru dengan salah seorang siswa Pak Franklin mengenai kondisi pendidikan IT di Makassar. Pada postingan tersebut saya cukup keras memprotes pernyataan bahwa pendidikan di Makassar khususnya dalam bidang IT sudah cukup bagus. Hal ini berdasarkan bahwa untuk menilai pendidikan di sebuah daerah tidak bisa hanya melihat kondisi satu sekolah saja.

Baca lanjutannya >>


Melawan Amerika Ala Jepang

24 Maret 2010

Malam ini, setelah kembali dari kantor, seperti biasa saya membuka-buka email yang masuk dari berbagai mailing list.

Sebuah tulisan di milis cfbe (center for betterment education) menarik perhatian saya, yaitu tulisan dengan judul di atas yang merupakan terusan (forward) dari milis ke milis.

Setelah membaca, saya jadi tertegun, bahwa ini adalah sebuah informasi yang amat penting, yang merupakan contoh pola pikir yang sama sekali berbeda. Dan seandainya masyarakat kita bisa memiliki pola pikir seperti ini, maka dalam waktu singkat Indonesia akan bergema di seluruh dunia.

Kita selalu terbuai dengan hasil bumi yang melimpah dan kekayaan alam yang bertebaran dimana-mana, namun lupa bahwa saat ini hasil bumi tersebut sedikit demi sedikit sudah dikeruk oleh bangsa lain, dan boleh jadi suatu saat kita akan menjadi ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.

Karena tertarik untuk menulis ulang artikel tersebut, saya mencari di Google nama penulis awalnya, dan ketemu dengan blog Ust. Sarwat yang merupakan penulis awal artikel ini. Link lengkapnya dapat diperoleh disini. Namun untuk mempermudah pembaca, saya tuliskan ulang artikel tersebut dibawah ini.

Baca lanjutannya >>


Mengapa Berteriak ?

17 Desember 2009

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;
“Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan  marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab;

“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”

“Tapi…” sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Baca entri selengkapnya »


Kata-Kata Kehidupan

16 Desember 2009

Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan.
Malangnya, dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang.
Kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati.

Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan
mati. Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja.

Baca entri selengkapnya »


3 x 8 = 23

15 Desember 2009

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”

Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.”

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.”

Baca entri selengkapnya »


Cermin Yang Terlupakan

14 Desember 2009

Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan ‘garage sale’ untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.

Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.

Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan.

Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.

Baca entri selengkapnya »


Sebuah Pensil

13 Desember 2009

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.”

“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti” ujar si nenek lagi.

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

“Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.”

“Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.”

Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

Baca entri selengkapnya »