Pemaksaan penutupan warung makan di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan telah tiba dan merupakan bulan penuh berkah dan rahmah. Namun, disisi lain, beberapa pihak menyambut bulan ini dengan tindakan-tindakan yang berlebihan.

Tulisan ini saya buat langsung setelah melihat pemberitaan di TransTV pukul 6.25 pagi ini. Dimana di daerah Pekanbaru, Propinsi Riau, Satpol Pamong Praja menyerbu rumah makan yang tetap buka sehingga pengunjung yang sedang makan berhamburan keluar dan warungnya ditutup paksa, serta alat warung seperti kursi diangkut ke mobil petugas.

Hal ini, dengan alasan “menjaga kesucian bulan Ramadhan, sehingga warung harus tutup di siang hari.”

Apakah hal ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ? Apakah kewajiban seorang manusia memaksa manusia lainnya untuk melaksanakan ibadah ? Apakah bulan Ramadhan yang seharusnya membawa kedamaian menjadi bulan penuh “pemaksaan” ?

Puasa atau tidak puasa menjadi pilihan seluruh manusia. Sebagai umat Islam harus menghargai dan menghormati pemeluk agama lain yang tidak melakukan puasa. Juga harus menghargai sesama muslim yang bisa saja tidak berpuasa karena halangan tertentu.

Bukankah di dalam Islam dibenarkan tidak berpuasa dengan fidyah atau pengganti pada hari yang lain ? Bagaimana dengan wanita yang sedang datang bulan, musafir, pekerja berat, orang sakit, dan berbagai halangan lainnya ? Bagaimana mereka mencari makan apabila warung dipaksa ditutup pada siang hari di bulan Ramadhan ? Bukankan itu malah menyengsarakan manusia lainnya ?

Islam tidak butuh pemaksaan dalam pelaksanaan ibadahnya. Islam tidak butuh dihormati secara berlebihan. Seseorang yang benar-benar berpuasa dengan ikhlas, pasti tidak akan tergiur dengan ratusan warung di depannya. Mereka yang berpuasa tidak akan terganggu apabila ribuan orang makan di depannya. Karena mereka berpuasa untuk Allah SWT, bukan demi manusia dan bukan karena tidak ada warung.

Justru tindakan-tindakan seperti inilah yang merusak pandangan orang lain terhadap Islam, sebagai agama yang penuh berkah dan sebagai Rahmatan Lil Alamin.

4 Responses to Pemaksaan penutupan warung makan di Bulan Ramadhan

  1. dobelden berkata:

    Menurut saya ituh tindakan berlebihan pak… toh klo godaan tidak hanya dari makanan.. 🙂

  2. I Nyoman Rudi berkata:

    Tidak hanya di Pekanbaru saja. Di Kalsel ada perdanya tuh. Saya mengalami dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Kotabaru. Berangkat dari Bogor jam 03.00 subuh ga sarapan karena pesawat jam 06.00 pagi sampai di Banjarmasin jam 08.30 wit. Ga ada warung buka. Lalu naik bus menuju Kotabaru selama hampir 12 jam perjalanan karena terhadang banjir. Juga ga ada warung buka. Duh gimana kalau orang sakit maag yah??? Setahu saya di Malaysia saja ga sedashyat ini. Masih ada toleransinya.

  3. faisol berkata:

    terima kasih sharing info/ilmunya…
    selamat Berpuasa…

    saya membuat tulisan tentang “Benarkah Kita Hamba Allah?”
    silakan berkunjung ke:

    http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/09/benarkah-kita-hamba-allah-1-of-2.html
    (link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link benarkah kita hamba Allah?)

    Apakah Allah juga mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya?

    semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com/

  4. Hery berkata:

    Sy sbg non muslim menghargai tulisan bapak, dan saya sangat se7 bhw godaan bkn datang dari makanan saja. Justru godaan adalah tantangan dlm berpuasa. Pemaksaan kehendak merupakan perbuatan yg salah dan memperburuk image ibadah yg saudara lakukan.
    Semoga hari kedepan lbh banyak sadar dan koreksi diri siapa gerangan yg perlu diperbaiki !
    Salam

Tinggalkan komentar